Aku adalah seorang pemuda yang berusia 24 tahun dan berdomisili di Kecamatan Samalantan Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat, dan sering beraktivitas pada malam hari (bukan ngepet.red). Mencoba untuk flashback kembali pada masa lampau yang mungkin lebih banyak hal-hal yang menarik untuk di bahas menyangkut dalam kehidupan saya dan lebih mengarah pada dunia pendidikan dan hasil belajar.
Pada 4 maret 1989 silam lahirlah seorang bayi mungil yang lucu yang bernama Iwan Safari (aku.red). kelahiran bayi tersebut memberikan sebuah kebahagiaan bagi keluarga dan sebagian orang yang mengenal keluarga ku. Kalau diceritakan dari hari pertama lahir secara detail dan membahas perkembangannya per hari kapan selesainya ni cerita selama 24 tahun, bisa keriting dan membuat otak ku blank untuk mengingat apa saja yang terjadi pada diriku setiap harinya. Langsung saja ah....!
Pada saat aku berusia 5 tahun 3 bulan orang tua ku memasukan aku pada sekolah dasar untuk mengenyam pendidikan. Karena usia ku yang masih sangat belia, pihak sekolah belum bisa menerima ku untuk mengenyam pendidikan di sekolah tersebu, hingga akhirnya orang tua ku dan pihak sekolah membuat sebuah kesepakatan dengan menitipkan ku pada sekolah tersebut agar bisa mendapatkan pendidikan dengan syarat tidak bisa naik di kelas berikutnya mengingat usia ku yang masih sangat belia.
Seiring berjalannya waktu dan aktivitas belajar selama hampir satu tahun dan setelah guru mengkalkulasikan semua penilaian selama berlangsungnya pembelajaran, prestasiku cukup memuaskan dan berhasil masuk dalam 3 siswa terbaik (rangking 3.red). Guru / wali kelas saat itu pun melakukan perundingan dengan pihak sekolah dan berencana untuk menaikanku pada kelas yang berikutnya (naik kelas.red). Setelah melakukan perundingan dan pertimbangan, pihak sekolah pun sepakat untuk menaikanku di kelas berikutnya karena prestasiku yang cukup menjanjikan.
Setelah sekian tahun mengenyam pendidikan dasar langsung saja pada jenjang berikutnya (SMP), dengan cukup mudah aQ masuk seleksi pada penerimaan siswa baru di SMP karena nilai ijazah SD ku cukup menjanjikan (waktu itu masih seleksi NIM) karena nilai rata-rata ijazah ku di atas rata-rata penerimaan murid baru dan masuk peringkat 4 umum saat ujian sekolah dasar. Seiring berjalannya masa orientasi sekolah di SMP dan berlangsungnya kegiatan belajar, prestasi ku masih terus bertahan dan aku berhasil mendapat predikat juara 3 pada kelas 1. Ketika memasuki kelas 2 prestasiku sedikit menurun karena tidak fokusnya aku dalam kegiatan belajar, namun sedikit beruntung bagi ku, aku masih bisa lanjut di kelas berikutnya walaupun dengan nilai standar KKM.
Di kelas 3 SMP aku kembali berfikir tentang prestasi ku yang sedikit menurun pada kelas sebelumnya, dan pada saat itu pula aku memikirkan tujuan ku untuk melanjutkan pendidikan jika kelak aku telah lulus pada jenjang SMP. Ketika itu aku kembali mulai giat belajar dan sudah menentukan destinasi berikutnya jika aku lulus. Selama menjalani kegiatan belajar, prestasiku mengalami grafik peningkatan yang cukup signifikan, alhasil aku kembali bisa mendapatkan juara 2 kelas pada semester 1 dan yang paling membanggakan aku bisa meraih juara 1 kelas pada akhir tahun pembelajaran dan menemppati peringkat 4 umum di sekolah (salut buat aku. intermezo) hehehehe.....
Tiba saatnya aku untuk menapaki pendidikan yang lebih tinggi lagi (SMA)......
Seperti biasanya pada saat memulai tahun pembelajaran, para siswa baru diwajibkan untuk mengikuti masa orientasi sekolah dan pada sebelum memulai kegiatan belajar di kelas. Dan selepas masa orientasi sekolah berakhir barulah kami memulai kegiatan belajar di kelas seperti layaknya kegiatan belajar biasanya. Sekedar mereview prestasi belajarku di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama yang cukup membanggakan, ternyata hal tersebut tidak berlanjut pada prestasiku di tingkat sekolah menengah atas. Di masa itu aku mulai sedikit mengabaikan masalah belajar dan lebih sering menghabiskan waktu bersama teman-teman di luar kegiatan belajar baik dirumah maupun di sekolah. Jadi wajar saja jika prestasiku di tingkat SMA ini sedikit menurun n terkesan biasa saja walaupun terhitung masih masuk dalam 10 besar di kelas.
Ketika aku duduk di kelas 2 SMA dan pada saat itu kami semua mendapatkan sebuah wejangan dari para dewan guru untuk lebih giat lagi dalam belajar karena penentuan dan penyaringan yang lebih ketat lagi untuk bisa lanjut di kelas berikutnya dan lebih mempersiapkan untuk memilih salah satu jurusan yang tersedia di sekolah kami. Pada saat itu pula aku mulai sedikit lebih memperhatikan hasil belajarku kembali karena pada saat itu aku sudah mempunyai destinasi untuk melanjutkan pendidikan ku ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Seiring berjalannya waktu aku pun bisa lanjut di kelas berikutnya dan berhasil terjaring di kelas yang pada saat itu merupakan orang-orang pilihan (IPA.red)...ya walaupun ada sedikit perubahan yang pada awalnya aku berminat masuk di kelas IPS namun mempertimbangkan prestasiku di bidang IPA cukup memuaskan maka pihak sekolah beserta ketua komite memutuskan aku untuk masik di kelas IPA ( kebetulan pada saat itu jabatan ketua komite di sekolahku adalah orang tua ku sendiri,,,hehehe).
Waktu terus berputar dan kegiatan belajar mengajar pun semakin intensif di lakukan di sekolah. Mengingat aku sudah mempunyai destinasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi, aku pun sedikit lebih giat lagi dalam hal belajar demi mendapatkan hasil yang baik pada saat Ujian Akhir Nasional (UAN) nantinya. Tanpa terasa waktu UAN pun telah tiba dan perasaan semua siswa yang akan mengikuti Ujian pun mulai campur aduk tak karuan, namun beberapa guru mencoba untuk menenangkan agar kami dapat selalu fokus dalam mengerjakan Ujian untuk mendapatkan hasil yang baik dan kami pun mengikuti UAN tersebut dalam waktu 3 hari.
Setelah berakhirnya Ujian tersebut tibalah saat-saat yang menegangkan kembali (Pengumuman hasil Ujian dan Kelulusan), dimana saat pengumuman hasil ujian dan kelulusan tersebut menyertakan orang tua murid. Detik-detik pengumuman pun membuat seluruh siswa dan orang tua menjadi tegang dan cemas memikirkan hasil ujian tersebut, dan tibalah saatnya pengumuman hasil Ujian dan kelulusan tersebut di bacakan oleh kepala sekolah. Seketika semua yang hadir terdiam dan fokus mendengarkan setiap apa yang dibacakan oleh kepala sekolah. Dan seketika kepala sekolah mengumumkan bahwa hasil Ujian Akhir Sekolah kami sangat memuaskan dan dinyatakan LULUS 100 persen, keadaan pun berubah menjadi riuh dan gembira karena kami merasa perjuangan kami selama mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah tiadak sia-sia.
Selang beberapa saat kemudian kepala sekolah kembali membacakan kabar baik bagi siswa siswi yang kembali meraih prestasi untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Dalam pembacaan pengumuman tersebut terdapat beberapa siswa yang berhasil lulus tanpa tes (yang pada saat itu masih disebut PMDK) di salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Madya Pontianak. Dan dari beberapa siswa tersebut ternyata aku menjadi salah satu siswa yang terjaring dalam kategori tersebut, seketika aku pun merasa sangat senang dan perjuangan belajarku kembali membuahkan hasil yang baik. Namun ternyata nasibku pada saat itu tidak sebaik prestasi yang telah ku capai semasa sekolah, keadaan orang tua dan kehidupan yang layak dalam keluarga masih sedang diperjuangan. Mengingat akan hal tersebut aku harus mengurungkan niatku untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi bersama teman-temanku yang juga terjaring dalam program PMDK tersebut, karena aku tidak dapat memaksakan keadaan yang ada pada kehidupan keluarga ku.